Bisnis Komputer 2009 Terancam Dolar

Friday, January 2, 2009



Bisnis komputer akan dihantui gejolak kurs dolar pada 2009. Untuk mengatasinya, produsen komputer harus menjual produknya dengan rupiah. Apalagi, berbagai negara sudah menerapkan aturan komputer harus dijual dengan mata uang setempat.

Penjualan komputer 2008 terpuruk saat dolar melambung tinggi. Meskipun daya beli masih ada, tapi komputer tidak laku karena konsumen menunggu hingga dolar turun.

Ketua Dewan Pengurus Apkomindo (Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia) Hidayat Tjokrodjojo mengatakan, dalam menyusun rencana tahun depan, pelaku bisnis TI di Indonesia dalam posisi menunggu. Pengusaha berharap kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah AS, mampu membawa dampak positif pada kurs dolar pada 2009.

Tapi pengusaha komputer berasumsi, produk TI tahun depan akan lebih mahal dari 2008, karena dolar pasti sulit kembali ke posisi 9 ribuan. Oleh karena itu, satu-satunya cara ketergantungan pada dolar harus dilepas.

Untuk langkah awal, komputer yang didistribusikan oleh produsen luar negeri harus dijual dengan mata uang negara setempat. Seperti di Eropa, produsen komputer besar seperti HP juga sudah menjual produknya dengan menggunakan euro.

Jika menggunakan mata uang negara setempat, penjualan komputer relatif lebih stabil, karena exchange rate tidak ada. “Selama ini, konsumen di Indonesia selalu menderita. Jika ada perubahan dolar, produsen membebankan pada produsen. Jika dijual dalam rupiah, maka tidak terlalu berpengaruh dolar yang naik turun,” kata Hidayat, di Jakarta, kemarin.

Pemberlakuan penjualan komputer dengan rupiah juga fair dan tidak ada diskriminasi. Karena produsen PC dari luar negeri, memiliki skala bisnis besar, sehingga lebih mudah mengatasi resiko perubahan kurs.

Permasalahannya, fluktuasi dolar di Indonesia bisa sangat besar, lebih dari 40%. Tapi jika semua transaksi TI sudah dengan rupiah, akan menjadi stimulus bagi penjualan. Dolar tidak lagi menjadi komoditas untuk membayar produk TI, sehingga tidak gampang naik jika banyak yang membutuhkan.

Penggunaan rupiah untuk transaksi produk TI juga menjadi peluang berkembangnya PC merek lokal. Karena jika produsen menjual komponen komputer dalam rupiah, PC lokal tidak perlu menanggung dolar yang naik turun.

“Produsen komputer tinggal berkonsentrasi di cost. Karena halangan utama menyangkut kurs dolar sudah bisa dihilangkan,” jelas Hidayat.

Akibat dihempas krisis, pasar TI tanah air di 2008 hanya tumbuh 1,8% dibandingkan 2007. Apkomindo awalnya memperkirakan penjualan 2,5 juta unit tapi relisasi hanya 2,2 juta unit.

Revisi terbesar terjadi pada penjualan PC yang hanya mencapai 1,2 juta unit dari perkiraan 1,5 juta unit. Notebook tumbuh mencapai 900 ribu, naik 50% dibandingkan 2007 sebesar 600 ribu. Sedangkan laptop akan menjadi produk dengan kebutuhan tinggi, karena tingkat kepemilikannya baru mencapai 3% dari populasi.

Hidayat mengatakan ada beberapa faktor pendorong belanja produk TI tahun depan. Perluasan kabel optik akan memperbesar penjualan komputer karena ketersediaan internet makin luas. Selain itu produk murah dengan prosesor Intel Atom akan menjadi tulang punggung penjualan TI pada tahun depan.

“Produsen akan cenderung menjual produk lebih murah, karena disesuaikan dengan daya beli. Secara umum, penjualan bisa didorong dengan penyediaan produk yang lebih murah,” katanya.

Produsen komputer luar negeri melihat 2009 masih banyak peluang. Tapi hantu krisis ekonomi tetap saja terus membayangi. “Pada umumnya di masa tsunami financial ini, pasar cenderung lesu,” kata Juliana Cen Marketing Manager Asustek Singapura.

Tapi, Juliana mengatakan total available market Indonesia akan tetap mengalami peningkatan dibandingkan 2008. Produsen komputer juga terus menggenjot penjualan produk murah maupun yang lebih mahal.

Produk dengan spesifikasi standar dengan desain biasa disediakan untuk konsumen yang price concern. Sedangkan untuk segmen yang lebih midle-high, konsumen relatif lebih sensitif dalam hal pemilihan produk. Oleh karena itu, produsen tidak hanya memperhatikan spesifikasi saja, tetapi juga desain dan keunggulan lain.

Sedangkan komputer lokal A-Note mengusung strategi mengurangi cost agar bisa bersaing dengan produsen luar. Selain itu agar produk mampu dijangkau oleh konsumen pada tahun depan.

Direktur A Note Kharisma Shintara mengatakan hambatan terbesar tahun depan adalah jika dolar melonjak tak terkendali. A Note merasakan saat dolar berada di level 13 ribu, penjualan drop.

Tapi saat dolar di level 11 ribu konsumen kembali bergerak untuk membeli notebook. “Pemilu tahun depan tidak akan berpengaruh. Tidak semuanya ke politik, yang beli komputer tetap saja ada,” katanya.

Selama ini A Note memasarkan produknya menggunakan dolar. Karena komponen komputer yang dibeli semuanya menggunakan dolar. “Kurs dolar bagus jika turun lagi. Kalau masih di atas 11 ribu konsumen belum membeli, mereka masih menunggu,” imbuhnya.

0 comments: