NSN: 2012, Penetrasi Seluler Indonesia Capai 80%

Thursday, November 13, 2008



Krisis ekonomi global yang dikabarkan mengguncang setiap sektor bisnis, pada kenyataannya tak begitu menyentuh bisnis jaringan yang dilakoni oleh Nokia Siemens Network (NSN). Perusahaan yang merger di tahun 2007 ini, Nokia dan Siemens, bahkan memproklamirkan diri bahwa mereka sudah siap menghadapi masa resesi.

Keyakinan yang dipupuk oleh NSN sebagai bisnis jaringan yang siap menghadapi krisis, dikarenakan mereka bukanlah sebuah perusahaan yang harus terus menerus berinvestasi layaknya sebuah organisasi. Bahkan dengan mengaplikasikan sikap positif, masa serba susah ini dinilai sebagai momen yang tepat bagi NSN sebagai masa pembelajaran.

"Krisis ekonomi seperti ini merupakan sebuah kesempatan yang baik bagi kami untuk belajar, baik untuk belajar mengatur keuangan secara bijak, maupun untuk belajar menghadapi segala kemungkinan bahkan untuk yang terburuk," ungkap Head of Sub-Region Indonesia PT. Nokia Siemens Networks dalam sebuah perbincangan di bilangan Sudirman, Selasa (11/11/2008).

Dengan menjadikan masa resesi ekonomi sebagai masa pembelajaran, Arjun menjanjikan bahwa prospek bisnis telekomunikasi untuk NSN berjalan sangat baik, terutama di wilayah Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan kehadiran kantor cabang NSN di 30 kota di seluruh wilayah Indonesia dalam kurun waktu 18 bulan penggabungan jaringan Nokia dan sistem komunikasi Siemens. Selain itu, pertumbuhan NSN juga dinilai lancar berkat jalinan kerjasama dengan beberapa operator besar di Indonesia seperti Telkomsel, Indosat, Exelcom, Global Mediacom, juga dengan penyedia jaringan dan penyedia layanan telepon tetap, Telkom.

Menyadari bahwa jaringan seluler sudah menjangkau hampir 50 persen warga Indonesia, Arjun memprediksikan bahwa prospek perkembangan jaringan Global System for Mobile communications (GSM) di Indonesia akan semakin meningkat dan bahkan kemungkinan menyentuh level 80 persen penduduk nusantara pada tahun 2012. Kemajuan layanan mobile ini akan berefek domino dengan pertumbuhan layanan telepon tetap karena kecenderungan tren dan aktivitas masyarakat akan semakin condong ke arah bergerak.

"Masyarakat akan semakin memilih layanan mobile karena mereka membutuhkan layanan di komunikasi yang bisa bergerak mengikuti mereka, bukan layanan telepon yang diam di tempat," terang Arjun.

Selagi menyinggung kecenderungan layanan broadband yang mobile, Arjun turut menyertakan prediksinya tentang siapa yang akan lebih unggul antara Wimax atau Long Term Evolution (LTE) di Indonesia. Menurutnya, semua itu harus berkaca dari kesiapan infrastruktur dan arah ketertarikan konsumen terhadap suatu teknologi. Bila menilai dari Wimax yang harus dimulai dengan penyediaan infrastruktur serta spektrum baru, Arjun mengunggulkan LTE sebagai pemenangnya. Namun semuanya dikembalikan lagi kepada kecenderungan konsumen.

"Teknologi itu ibarat sebuah perlombaan lari. Bila teknologi tersebut mampu hadir lebih cepat dibanding teknologi kompetitor, maka itulah yang akan cepat diserap dan diterima oleh konsumen, yang dalam hal ini merekalah yang menentukan sebuah keberhasilan suatu teknologi," aku Arjun lagi

0 comments: